Langsung ke konten utama

Sebuah Fase


Free image by Pixabay

Kurebahkan diri di sebelahnya. Ikut menatap gemerlap bintang di atas sana. Dia terlihat menekuk lengannya untuk dijadikan alas kepala, berusaha mencari kenyamanan. Sedangkan aku, seperti biasa, hanya bisa memerhatikannya dalam diam.⁣
"Kapan kamu siap kerja lagi, Rud?" tanyaku memecah keheningan.⁣
"Entahlah, Ra. Kamu tahu sendiri, betapa buruknya citraku saat ini. Aku bahkan tidak yakin, ada perusahaan yang akan menerimaku nanti."⁣
Aku tak habis pikir, sudah setahun berlalu tapi dia belum mau berdamai dengan diri sendiri.⁣
"Coba lihat kupu-kupu yang hinggap di bunga itu, Rud!"⁣
"Dia cantik, dia punya sayap menawan, dan dia bisa terbang bebas."⁣
"Kamu benar. Tapi apa kamu tahu seberapa berat perjuangannya untuk bisa menjadi seperti ini?"⁣
Dia mengerutkan keningnya. Aku hanya terkekeh dan mengubah posisi agar bisa menghadapnya.⁣
"Sebelum menjadi cantik seperti saat ini, dia telah melalui beberapa fase. Saat masih menjadi telur, dia tak terlihat. Dia dianggap tidak memiliki nilai apa pun oleh siapa pun. Saat menjadi ulat, ia dicap menjijikkan. Ia dijauhi bahkan dimusnahkan. Tapi ia tetap bertahan. Lalu saat menjadi kepompong, ia mulai berharga. Karena orang-orang tahu, ia akan menjelma jadi makhluk yang indah. Terakhir, saat menjadi kupu-kupu seperti yang kamu lihat sekarang, banyak yang menyukainya."⁣
Aku berusaha menyelami netra Rudi.⁣
"Rud, semua manusia pasti melalui sebuah fase dalam hidupnya. Dan mereka dapat dikatakan sukses, jika mereka mampu mengambil setiap amanat baik. Sekalipun itu dari fase terburuk yang pernah dilaluinya. Kamu harus bangkit! Tunjukkan pada semua orang jika kamu berhak mendapat kesempatan kedua. Tunjukkan kalau Rudi yang sekarang sudah lebih baik dari yang sebelumnya."⁣
"Terima kasih, Ra. Kamu selalu ada di setiap fase yang aku lalui. Aku akan bangkit."⁣
"Kamu pasti bisa. Kamu akan diterima baik seperti sedia kala. Tapi kamu harus janji, kamu tidak boleh lagi menyentuh narkotika."⁣
"Janji," ucap Rudi sembari mengacungkan kelingkingnya.⁣
Oh, Tuhan. Sepertinya aku akan terus mencintainya.⁣

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Way Back Home

Free image by Pixabay "Sampai kapan kamu ingin menunggunya? Ini bahkan sudah lewat satu tahun dari waktu yang dijanjikannya."⁣ ⁣ "Dia orang baik, Mir. Orang baik akan selalu menepati janjinya. Mungkin kemarin-kemarin dia lupa tak menghubungiku, tapi aku yakin dia akan kembali padaku sesuai janjinya."⁣ ⁣ "Lalu masalah kabar itu?"⁣ ⁣ "Selagi kabar itu tidak keluar dari mulutnya sendiri, aku tak akan memercayainya."⁣ ⁣ "Ya sudah. Kalau begitu aku pulang dulu."⁣ ⁣ Kudongakkan kepala. Senja begitu indah saat dilihat dari sini. Damainya seolah menyatu dengan semilir angin yang menerbangkan dedaunan kering. Kupejamkan mata sembari berdoa, semoga kekasihku dalam keadaan baik dan bahagia.⁣ ⁣ "Sher ...."⁣ ⁣ Oh, tidak. Sepertinya aku sangat merindukannya, sampai-sampai desir angin pun terdengar mirip dengan suaranya.⁣ ⁣ "Sherin ...."⁣ ⁣ Seketika aku menoleh saat suara itu terdengar semakin nyata.⁣ ⁣ "Fero ... aku tidak ber...

Stop Vandalisme!

Stop vandalisme! (free image by Pixabay) Mungkin sebagian besar orang masih awam dengan istilah vandalisme. Istilah ini terasa terlalu “tinggi” kendati contohnya sangat nyata dan kerap kita jumpai. Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), vandalisme adalah perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lain (keindahan alam dan sebagainya). Selain itu, vandalisme juga bisa diartikan sebagai perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas. Sangat mudah dipahami dan ditemukan di lingkungan sekitar, ‘kan? Vandalisme merupakan perilaku tidak terpuji yang dapat merugikan banyak pihak. Sayangnya, masih banyak aksi vandalisme yang dilakukan oleh masyarakat. Sebut saja mencoret tembok-tembok dekat jalan dengan berbagai gaya, merusak properti fasilitas umum, mengganggu keseimbangan alam, mencuri benda-benda bersejarah, menyentuh arca-arca secara brutal hingga menyebabkan kerusakan, memecahkan kaca saat tawuran, dan lain sebagainya. Merasa tidak pernah melakukan ti...

Semua Sama

Free image by Pixabay Gina memakirkan mobilnya tak jauh dari gerbang sekolah. Ia sedang menunggu sang putra kesayangan. Tak lama berselang, putra kecilnya berlari sembari merentangkan tangan.⁣ ⁣ "Sayang, kenapa lari-lari? Nanti kalau jatuh bagaimana?" tanya Gina sembari memeluk putranya. Yang diingatkan hanya cengengesan. ⁣ ⁣ "Vino ingin beli es krim di situ, Ma."⁣ ⁣ "Ayo! Oh, ya, tadi Vino belajar apa?"⁣ ⁣ "Vino belajar menulis, Ma. Tapi Vino pusing saat melihat tulisan di papan. Kata Bu Rena tulisan Vino masih terbolak-balik," lirih Vino.⁣ ⁣ "Tidak apa-apa, Nak. Yang penting Vino sudah belajar dengan giat."⁣ ⁣ Gina menggandeng tangan Vino menuju kedai es krim di dekat sekolah.⁣ ⁣ " Hiks ... teman-teman Dela juga banyak yang belum lancar membacanya, Bun. Hiks ... bukan hanya Dela."⁣ ⁣ Sayup-sayup Gina mendengar seorang anak perempuan menangis. Ia terlihat celingukan. Sampai matanya tertumbuk pada taman samping s...