Langsung ke konten utama

Winter Girl



Free image by Pixabay

Kupandang lekat layar gawai itu. Telunjukku terulur untuk mengusap sebuah gambar yang terpampang di sana. Sebuah cover yang sengaja kubuat untuk fiksi mini terbaruku.⁣
"Kamu benar-benar ingin melihat salju?" tanya Andra setelah melongok kegiatanku.⁣
Aku tersenyum lalu bergegas ke dapur.⁣
"Tentu. Sebagai gadis yang terlahir di negara dua musim, aku sangat ingin mengunjungi negara yang memiliki musim dingin. Merasakan bagaimana dinginnya salju mencucuk tulangku, sekalipun aku sudah memakai pakaian tebal. Melihat hamparan putih, yang pada malam hari akan terlihat lebih indah karena diterangi lampu warna-warni," jelasku sembari meletakkan secangkir teh untuk Andra.⁣
"Apa kamu tidak mencintai khatulistiwa?"⁣
"Bukan aku tak mencintai khatulistiwa, tapi aku ingin mencoba pelukan dingin butiran salju nan bersahaja."⁣
Keadaan berubah hening. Kami terlalu fokus dengan cangkir yang sedari tadi masih mengepulkan asap.⁣
"Kalau boleh tahu, kenapa kamu sering menuangkan mimpi-mimpi kamu melalui tulisan? Bukankah mimpi itu lebih indah saat dinikmati sendiri?"⁣
"Tergantung. Setiap orang pasti memiliki prinsip masing-masing. Dan inilah prinsipku. Membagi setiap impian melalui tulisan yang mungkin akan dibaca banyak pihak. Mungkin. Di dalamnya, aku tidak hanya menuliskan impian, melainkan juga harapan." Kuseruput susu coklat yang berada di cangkirku.⁣
"Aku berharap, tulisanku bisa menginspirasi pembaca. Membuat mereka sadar tentang pentingnya sebuah impian. Aku juga berharap, ketika suatu saat aku sudah lelah bermimpi, aku bisa kembali semangat setelah membaca tulisan itu. Bukankah harapan selalu ada? Aku hanya ingin memunculkan harapan itu melalui tulisan abal-abalku."⁣
"Aku berdoa, semoga suatu hari ada agen perjalanan yang membaca tulisan abal-abalmu itu lalu memberikan tiket gratis ke Eropa. Haha."⁣
"Jika pemilik agen itu adalah kamu, ya mungkin saja. Haha."⁣
Sore itu, kami menghabiskan waktu untuk mengukir harapan-harapan baru. Ditemani secangkir minuman, angin, dan senja yang terasa syahdu. Biarkan saja semesta tahu tentang segala anganku. Siapa tahu ia akan memberi restu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Way Back Home

Free image by Pixabay "Sampai kapan kamu ingin menunggunya? Ini bahkan sudah lewat satu tahun dari waktu yang dijanjikannya."⁣ ⁣ "Dia orang baik, Mir. Orang baik akan selalu menepati janjinya. Mungkin kemarin-kemarin dia lupa tak menghubungiku, tapi aku yakin dia akan kembali padaku sesuai janjinya."⁣ ⁣ "Lalu masalah kabar itu?"⁣ ⁣ "Selagi kabar itu tidak keluar dari mulutnya sendiri, aku tak akan memercayainya."⁣ ⁣ "Ya sudah. Kalau begitu aku pulang dulu."⁣ ⁣ Kudongakkan kepala. Senja begitu indah saat dilihat dari sini. Damainya seolah menyatu dengan semilir angin yang menerbangkan dedaunan kering. Kupejamkan mata sembari berdoa, semoga kekasihku dalam keadaan baik dan bahagia.⁣ ⁣ "Sher ...."⁣ ⁣ Oh, tidak. Sepertinya aku sangat merindukannya, sampai-sampai desir angin pun terdengar mirip dengan suaranya.⁣ ⁣ "Sherin ...."⁣ ⁣ Seketika aku menoleh saat suara itu terdengar semakin nyata.⁣ ⁣ "Fero ... aku tidak ber...

Stop Vandalisme!

Stop vandalisme! (free image by Pixabay) Mungkin sebagian besar orang masih awam dengan istilah vandalisme. Istilah ini terasa terlalu “tinggi” kendati contohnya sangat nyata dan kerap kita jumpai. Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), vandalisme adalah perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lain (keindahan alam dan sebagainya). Selain itu, vandalisme juga bisa diartikan sebagai perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas. Sangat mudah dipahami dan ditemukan di lingkungan sekitar, ‘kan? Vandalisme merupakan perilaku tidak terpuji yang dapat merugikan banyak pihak. Sayangnya, masih banyak aksi vandalisme yang dilakukan oleh masyarakat. Sebut saja mencoret tembok-tembok dekat jalan dengan berbagai gaya, merusak properti fasilitas umum, mengganggu keseimbangan alam, mencuri benda-benda bersejarah, menyentuh arca-arca secara brutal hingga menyebabkan kerusakan, memecahkan kaca saat tawuran, dan lain sebagainya. Merasa tidak pernah melakukan ti...

Semua Sama

Free image by Pixabay Gina memakirkan mobilnya tak jauh dari gerbang sekolah. Ia sedang menunggu sang putra kesayangan. Tak lama berselang, putra kecilnya berlari sembari merentangkan tangan.⁣ ⁣ "Sayang, kenapa lari-lari? Nanti kalau jatuh bagaimana?" tanya Gina sembari memeluk putranya. Yang diingatkan hanya cengengesan. ⁣ ⁣ "Vino ingin beli es krim di situ, Ma."⁣ ⁣ "Ayo! Oh, ya, tadi Vino belajar apa?"⁣ ⁣ "Vino belajar menulis, Ma. Tapi Vino pusing saat melihat tulisan di papan. Kata Bu Rena tulisan Vino masih terbolak-balik," lirih Vino.⁣ ⁣ "Tidak apa-apa, Nak. Yang penting Vino sudah belajar dengan giat."⁣ ⁣ Gina menggandeng tangan Vino menuju kedai es krim di dekat sekolah.⁣ ⁣ " Hiks ... teman-teman Dela juga banyak yang belum lancar membacanya, Bun. Hiks ... bukan hanya Dela."⁣ ⁣ Sayup-sayup Gina mendengar seorang anak perempuan menangis. Ia terlihat celingukan. Sampai matanya tertumbuk pada taman samping s...