Langsung ke konten utama

Hanya Sebentar

Free image by Pixabay

Hujan terlihat enggan berhenti. Ia tak lelah turun seakan tahu jika tanah yang sedang kuinjak sudah rindu setengah mati. Malam kian pekat. Dingin semakin tak tahu diri. Perlahan kugesekkan kedua telapak tanganku lalu menempelkannya di pipi. Sedikit hangat. Setidaknya hal itu bisa sedikit menenangkan diri.⁣
"Akhirnya dapat tempat berteduh."⁣
Kutoleh asal suara. Oh, ternyata seorang pria paruh baya.⁣
"Ehm ... Bapak habis jualan, ya? Jualan apa?" tanyaku basa-basi.
"Ya, Neng. Saya jualan jagung rebus. Apa Neng mau?"⁣
"Boleh deh, Pak. Lumayan, bisa mengganjal perut. Hehe."⁣
Si Bapak bergegas menghampiri gerobak yang setia menemaninya. Lalu kembali dengan menenteng dua jagung rebus di tangannya.⁣
"Ini, Neng. Saya juga lapar, jadi saya ambil satu. Hehe."⁣
"Memangnya Bapak belum makan malam?"⁣
"Belum, Neng. Biasanya saya makan pakai uang hasil jualan, tetapi malam ini jagungnya belum terjual satu pun. Jadi saya belum bisa makan."⁣
Aku tersentak. Bapak ini berkata demikian dengan raut wajah ceria, seakan hal itu sudah biasa dilaluinya.⁣
"Lalu kenapa Bapak tidak pulang saja? Bapak kan bisa makan di rumah."⁣
"Kalau saya pulang sekarang, besok keluarga saya mau makan apa? Saya akan tetap berjualan sampai saya mendapat uang untuk beli beras esok hari."⁣
"Tapi apa Bapak tidak lelah? Lagipula ini sudah malam, hujan lagi."⁣
"Neng, hidup itu hanya sebentar. Seperti indahnya dandelion sebelum tersapu angin di kala mekar. Saya hanya ingin terus berusaha membahagiakan keluarga saya. Minimal memastikan mereka makan dengan layak. Saya yakin, harapan saya akan terwujud jika saya tidak mudah menyerah."⁣
Speechless. Bahkan tak terasa sudut mataku basah. ⁣
"Kalau begitu, ini uang untuk membayar jagung saya."⁣
"Maaf, Neng. Saya tidak punya kembalian. Selain uang seratus ribu, ada?"⁣
"Tidak perlu memberi saya uang kembalian, Pak. Asal, habis ini Bapak langsung pulang. Biar Bapak tidak sakit."⁣
"Alhamdulillah, semoga Allah membalas Kebaikan Neng dengan kebaikan yang lain."⁣
Bukankah harapan selalu ada bagi orang yang teguh berusaha? Yakinlah, Allah akan membantu dari arah mana saja.⁣

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Way Back Home

Free image by Pixabay "Sampai kapan kamu ingin menunggunya? Ini bahkan sudah lewat satu tahun dari waktu yang dijanjikannya."⁣ ⁣ "Dia orang baik, Mir. Orang baik akan selalu menepati janjinya. Mungkin kemarin-kemarin dia lupa tak menghubungiku, tapi aku yakin dia akan kembali padaku sesuai janjinya."⁣ ⁣ "Lalu masalah kabar itu?"⁣ ⁣ "Selagi kabar itu tidak keluar dari mulutnya sendiri, aku tak akan memercayainya."⁣ ⁣ "Ya sudah. Kalau begitu aku pulang dulu."⁣ ⁣ Kudongakkan kepala. Senja begitu indah saat dilihat dari sini. Damainya seolah menyatu dengan semilir angin yang menerbangkan dedaunan kering. Kupejamkan mata sembari berdoa, semoga kekasihku dalam keadaan baik dan bahagia.⁣ ⁣ "Sher ...."⁣ ⁣ Oh, tidak. Sepertinya aku sangat merindukannya, sampai-sampai desir angin pun terdengar mirip dengan suaranya.⁣ ⁣ "Sherin ...."⁣ ⁣ Seketika aku menoleh saat suara itu terdengar semakin nyata.⁣ ⁣ "Fero ... aku tidak ber...

Stop Vandalisme!

Stop vandalisme! (free image by Pixabay) Mungkin sebagian besar orang masih awam dengan istilah vandalisme. Istilah ini terasa terlalu “tinggi” kendati contohnya sangat nyata dan kerap kita jumpai. Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), vandalisme adalah perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lain (keindahan alam dan sebagainya). Selain itu, vandalisme juga bisa diartikan sebagai perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas. Sangat mudah dipahami dan ditemukan di lingkungan sekitar, ‘kan? Vandalisme merupakan perilaku tidak terpuji yang dapat merugikan banyak pihak. Sayangnya, masih banyak aksi vandalisme yang dilakukan oleh masyarakat. Sebut saja mencoret tembok-tembok dekat jalan dengan berbagai gaya, merusak properti fasilitas umum, mengganggu keseimbangan alam, mencuri benda-benda bersejarah, menyentuh arca-arca secara brutal hingga menyebabkan kerusakan, memecahkan kaca saat tawuran, dan lain sebagainya. Merasa tidak pernah melakukan ti...

Semua Sama

Free image by Pixabay Gina memakirkan mobilnya tak jauh dari gerbang sekolah. Ia sedang menunggu sang putra kesayangan. Tak lama berselang, putra kecilnya berlari sembari merentangkan tangan.⁣ ⁣ "Sayang, kenapa lari-lari? Nanti kalau jatuh bagaimana?" tanya Gina sembari memeluk putranya. Yang diingatkan hanya cengengesan. ⁣ ⁣ "Vino ingin beli es krim di situ, Ma."⁣ ⁣ "Ayo! Oh, ya, tadi Vino belajar apa?"⁣ ⁣ "Vino belajar menulis, Ma. Tapi Vino pusing saat melihat tulisan di papan. Kata Bu Rena tulisan Vino masih terbolak-balik," lirih Vino.⁣ ⁣ "Tidak apa-apa, Nak. Yang penting Vino sudah belajar dengan giat."⁣ ⁣ Gina menggandeng tangan Vino menuju kedai es krim di dekat sekolah.⁣ ⁣ " Hiks ... teman-teman Dela juga banyak yang belum lancar membacanya, Bun. Hiks ... bukan hanya Dela."⁣ ⁣ Sayup-sayup Gina mendengar seorang anak perempuan menangis. Ia terlihat celingukan. Sampai matanya tertumbuk pada taman samping s...